TANGERANG SELATAN - Bila Anda melancong ke Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dengan memakai kendaraan pribadi, sediakan uang banyak receh. Di pelosok kota, baik di perempatan, pertigaan, sampai persimpangan jalan bisa banyak "Pak Ogah". Mereka beraga menertibkan lalu lintas tetapi sebenarnya cuma meningkatkan ruwet jalanan.

Teliti Dalam Bermain Judi Slot

Cukup ironi beberapa beberapa pak ogah ini ialah mereka yang berumur produktif. Mereka yang semestinya giat kerja, baik di bidang resmi atau informal. Seringkali dari mereka ialah beberapa remaja yang semestinya masih duduk di beberapa tahap pendidikan. Pada akhir minggu ialah waktu panen beberapa pak ogah. Dengan jumlah kendaraan pribadi yang bertambah beberapa titik kemacetan rawan berlangsung di pertigaan atau perempatan jalan.


Di pertigaan Bukit Serua, contohnya, kemacetan akhir minggu jadi ritual yang terus berulang-ulang. Di titik jalan ini memang benar ada pertigaan ganda yang memiliki jarak cuma seputar 200 mtr.. Pertigaan pertama menghadapkan arus dari Jalan Aria Putra arah Ciputat serta arah Jombang dengan arus dari arah Pamulang serta Serpong. Pertigaan ke-2 menghadapkan arus dari Jombang-Ciputat di Jalan Bukit Serua dengan arus dari Pamulang serta Serpong. Situasi jalan yang padat serta relatif sempit ini selanjutnya digunakan beberapa pak ogah untuk ambil keuntungan. Dengan tidak ada kekuatan mengendalikan pergerakan jalan raya, seringkali kehadiran pak ogah ini justru meningkatkan kesemrawutan jalanan.


Tidak cuma membuat ruwet jalanan, kadang aksi Pak Ogah ke arah pada tindak kriminil. Seperti aksi pelaku Pak Ogah di jalan putaran depan Mc Donalds, Bagian IX, Bintaro Jaya. 3 orang Pak Ogah meremas payudara korban waktu tengah memutar jalan. Insiden ini bukan hanya sekali, tetapi sering berulang-ulang dengan korban tidak sama. Pada akhirnya masalah ini selanjutnya disampaikan ke faksi berwajib.


Pemerhati perkotaan dari Kampus Trisakti Jakarta Yayat Supriatna menjelaskan, kejadian pak ogah pertama-tama ada di persimpangan Jakarta di tahun 1980-an. "Pak ogah itu kan diambil dari narasi Sang Unyil. Ada tokoh Pak Ogah, jika diminta apa-apa tetap katakan, ‘Cepek dahulu dong'. Jadi, apa-apa harus gunakan uang. Kejadian ini ada pertama-tama di Jakarta," kata Yayat, pada KORAN SINDO, beberapa lalu.


Buat kepolisian serta Dinas Perhubungan, pak ogah benar-benar menolong. Mereka mengurai kemacetan di pertigaan, menertibkan lalu lintas di perempatan jalan, di tikungan, sampai di teritori pertokoan yang tanpa ada pemantauan. "Tiap ada jalan yang macet serta tidak ada petugas, serta di teritori tepian yang semakin padat lalu lintasnya, di situlah ada kejadian pak ogah atau pengontrol jalan raya liar. Lalu banyaknya makin banyak sebab dapat uang secara cepat," ucapnya.

Ditambah, suport dari warga pada kedatangan pak ogah lumayan tinggi. Untuk kelancaran di jalan, keluarkan uang receh Rp2.000 sampai Rp10.000 tidak jadi masalah. "Ini sebab unsur minimnya petugas di atas lapangan, serta tidak ada rambu jalan raya. Benar-benar gampang memperoleh uang, secara mudah. Warga kelas menengah memandang uang receh tidak ada berarti. Ini suport ," tambahnya.


Makin lama pak ogah juga jadi satu karier. Banyak pendatang serta masyarakat seputar yang kesusahan ekonomi serta tidak mempunyai pekerjaan akan berubah jadi pak ogah. Pendapatan dari pak ogah juga menjanjikan. "Tetapi bahaya itu sebab mengendalikan orang yang memberikan uang, tidak impak dengan kendaraan lain. Jadi ada uang dilayani, tidak ada uang, ya tidak dilayani," tuturnya.


Kejadian pak ogah menunjukkan bobroknya skema kapitalisme yang ada sekarang ini. Saat uang mengendalikan semua. Tanpa ada uang, karena itu tidak ada service. "Jadi, sebetulnya ini kejadian sosial sebab angka pengangguran serta peluang kerja yang terbatas. Sama juga dengan pengamen. Jadi arti pak ogah seperti pemberian imbalan buat orang yang menolong. Pointnya itu. Telah transaksional semua," katanya.


Makin lama keadaan juga beralih. Pak ogah mulai diorganisasi. Berlangsung rebutan tempat, benturan fisik, serta premanisme. Tidak itu saja, pak ogah jadi jalan raya peredaran narkoba yang benar-benar efisien dari beberapa bandar. "Ya, saat ini mulai ada kompetisi tempat antara mereka. Tentu ada yang kuasa, ada penguasa, pemilik ruangan. Dapat oleh pelaku, organisasi, perorangan, serta barisan. Mereka manfaatkan kemalasan orang kita yang tidak ingin sabar menanti," tuturnya.


Disamping itu, Kasat Lalu Polres Tangsel AKP Bayu Marfiando membetulkan, pak ogah benar-benar menolong kepolisian di menertibkan lalu lintas, khususnya di jalanan yang tidak ada serta jarang-jarang diawasi petugas. "Selama ini benar-benar menolong Mas, belum kita datakan lagi keseluruhannya," tuturnya.


Harus Tahan Malu


Nasrul, salah seorang pak ogah, menjelaskan, telah 15 tahun jadi pak ogah di perempatan Mandor Miroh, Kampung Pondok Jengkol, Kelurahan Pondok Aren, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangsel. Sejauh ini pendapatannya jadi pak ogah di rasa cukup.


"Saya 15 tahun jadi pak ogah. Sebab pendidikan tidak usai, ijazah tidak ada, kerja perlu kemampuan, ketrampilan hanya di sini, serta tidak jauh dari rumah. Pun tidak terikat waktu, dapat tiba kapanpun. Tetapi jika ada yang bertambah enak mah, kita ingin jika ada kerjaan yang bertambah enak," sebut Nasrul.


Di tempatnya markir, ditengah-tengah jalan perempatan Mandor Miroh, tidak ada organisasi masyarakat hingga masyarakat sama-sama isi serta berganti-gantian menertibkan lalu lintas. Penataan jalanan juga dilaksanakan sesuai dengan agenda seorang-seorang. "Dahulu umumnya per orang sejam. Sebab orangnya banyak di sini, sejam jika optimal dapat Rp200.000. Tapi tidak rata pembagian saatnya, sebenarnya seperlunya sang tukang parkirnya saja. Jika telah berasa cukup, ya telah," tuturnya.


Berdiri ditengah-tengah jalan yang padat serta banyak kendaraan ngebut bukan kasus gampang. Diperlukan ketrampilan. Sebab bila cuma diam ditengah-tengah jalan, jalan raya akan makin ruwet. Ditambah lagi bila cuma ambil uang pemberian. Sebab kecuali uang, pak ogah harus juga jamin jalan raya lancar.


"Umumnya sich 1,5 jam telah pegal kaki. Pegal sama muka malu, hahaha. Perlu ketrampilan markir ini doang , jika berdiri doang mah tidak lancar jalanan. Menurut gua orang-orang dapat markirin tetapi keteguhan perlu ditengah-tengah jalan. Orang ingin memberi kek, tidak kek, jika telah setop, ya stop," tuturnya.


Pekerjaan jadi juru parkir atau pak ogah bukan dambaan. Ia sangat terpaksa jadi pak ogah sebab keperluan ekonomi. Nasrul harus menjaga keluarganya di dalam rumah. Tetapi, jadi pak ogah bukan tanpa rintangan. Yang pertama, harus tahan malu.

Postingan populer dari blog ini

The ETC Team, an advocacy company located in Ottawa that has actually

Gulzar Bibi simply 4 months to obtain her family's memory cards unblocked

Delivery without delay